Friday, November 13, 2009

rokan hilir

Penugasan pertama dan kedua
-Februari 2008 -April 2008

Rokan Hilir adalah salah satu pecahan dari Kabupaten Bengkalis dan merupakan salah satu penghasil minyak terbesar di Riau. Jaraknya sekitar 6-7 jam perjalanan darat dari Pekanbaru. Hanya ada 2 hal yang bisa dilihat sepanjang perjalanan, yaitu kebun sawit dan pipa minyak. Karena itulah perjalanan 7 jam Pekanbaru-Bagansiapiapi (ibukota kabupaten Rokan Hilir) terasa lebih membosankan dibandingkan perjalanan 24 jam Bandung-Singaraja.

Kota Bagansiapiapi adalah kota yang sangat sangat unik. Inilah contoh chinatown Indonesia, mungkin salah satu yang tertua. Zaman dahulu, Pelabuhan Bagansiapiapi adalah salah satu pelabuhan ikan terbesar di Asia Tenggara. Inilah salah satu gerbang masuk bangsa tionghoa ke Indonesia. Terkait sejarah masuknya bangsa tionghoa ke Indonesia, ada perayaan akbar tiap tahun di Bagansiapiapi, yaitu Bakar Tongkang. Sejarahnya, tongkang (kapal) yang digunakan oleh bangsa tionghoa hingga mendarat di Pelabuhan Bagansiapiapi dibakar agar tidak ada yang berpikir kembali ke daratan Cina. Ritual itulah yang menjadi salah satu devisa utama bagi Rokan Hilir di bidang pariwisata. Banyak sekali warga tionghoa yang berasal dari Bagansiapiapi yang sukses dalam perantauannya. Momen Bakar Tongkang itulah yang mereka gunakan untuk kembali ke kampung halamannya. Wisatawan asing pun banyak yang menghadiri acara Bakar Tongkang. Perayaan ini biasanya diadakan pada pertengahan tahun (bulan Juni-Juli).

Banyak perayaan-perayaan menarik dari warga keturunan tionghoa di Bagansiapiapi. Selain Bakar Tongkang ada perayaan Tahun Baru Imlek (yang identik dengan petasan), cap go me (ritual mencari jodoh) dan acara sembahyang di kubur. Pada perayaan cap go me masing-masing klan mengeluarkan atraksi dan berbaris dalam arak-arakan mengelilingi kota. Suasananya sungguh-sungguh ramai!!!! Seperi acara tujuhbelasan di kampung-kampung. Dengan berlatarbelakang kegelapan malam dan hujan kembang api, suasana perayaan cap go me sangatlah meninggalkan kesan bagi pendatang.

Di luar suara petasan atau kembang api, Kota Bagansiapiapi sendiri adalah kota yang hiruk pikuk. Tak terhitung berapa bangunan di kota ini yang dijadikan "tempat kost" untuk walet. Suara walet yang diputar di pengeras suara benar-benar menyuguhkan parade kebisingan. Efek hiruk pikuk diperkuat dengan lalu lintas kota yang semrawut. Mungkin kota inilah satu-satunya ibukota kabupaten yang tidak memiliki traffic light. Mobil, motor, sepeda, becak hingga kereta api mini (seperti kereta di Jakarta Fair) yang mengelilingi kota tiap malam tumpah ruah saling sapa di jalan tanpa aturan. Anehnya, selama dua bulan bertugas di sana hanya satu kali terlihat polisi di jalan. Itu pun karena mereka sedang patroli jam satu malam.

Saat berpikir Bagansiapiapi adalah kota terunik di Indonesia, ternyata ada satu daerah di Rokan Hilir yang lebih unik. Namanya Panipahan, ibukota kecamatan Pasir Limau Kapas. Dari Bagansiapiapi kita menyusuri sungai Rokan dengan speed boat berukuran kecil. Setelah menyusuri sungai dan menyapa laut lepas selama 2 jam, kita tiba di Panipahan. Kota ini bisa dikatakan kota terapung. Posisinya di atas air. Kayu-kayu cerucuk panjang digunakan sebagai penopang bangunan. Jangan harap menemukan mobil di daerah ini!! Jalannya sempit (kira-kira 2 m), hanya cukup untuk pengendara motor dan pejalan kaki. Di bawah jalan adalah permukaan air. Saat surut yang terlihat hanya lumpur. Bayangkan jika ada pengendara motor yang mabuk dan kehilangan keseimbangan!! Tak ada ampun untuk pengendara mabuk....Jangan juga berharap menemukan penginapan bagus karena penginapan terbagus di daerah ini kamar mandinya di luar dan mati listrik menjadi rutinitas. Ada cerita yang tragis. Ada seorang pengusaha yang membangun hotel 4 lantai di daerah ini. Namun, akibat pondasinya kurang kuat (mungkin kayu cerucuk pondasinya kurang panjang), hotel tersebut amblas dan tinggal cerita.

Ada satu monumen yang bagus di Panipahan, yaitu dermaga yang terbengkalai. Awalnya proyek tersebut adalah inisiasi dari pemerintah pusat. Dermaga tersebut direncanakan akan menjadi dermaga internasional tempat kapal ikan bersandar. Dephub membangun dermaga tersebut dari arah laut menuju ke darat. Pemda pun melanjutkan pekerjaan Dephub untuk menghubungkan struktur yang sudah dibangun Dephub dengan daratan. Hingga tahun 2008 dermaga tersebut masih sekitar 100 m dari darat. Sialnya, berdasarkan penelitian, kedalaman laut di sana tidak mencukupi bagi kapal-kapal untuk bersandar karena adanya pendangkalan oleh lumpur yang terbawa aliran sungai. Akibatnya, dermaga tersebut menjadi monumen di tengah laut. Sungguh perencanaan yang amburadul......!!!!

1 comment:

  1. mantap... bisa nambah wawasan tentang kabupaten/kota dalam propinsi riau, ditunggu info utk 10 kabupaten/lainnya...

    ReplyDelete